Sabtu, 27 Juni 2009

Dua Puluh Fenomena Kekufuran Yang Membatalkan Syahadatain

Dua puluh hal cipta karsa yang justru membatalkan keimanannya, pada syahadatain dan menjerumuskannya menjadi kafir

1. Bertawakkal dan bergantung pada selain Allah
Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (Al-Maidah:23)

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. (At-Taubah:25)

Dalil ini berpedoman pada pengertian Laa ilaha illa Allah yang maknanya antara lain tidak akan melakukan permohonan untuk ketenangan dan kekuatan selain kepada Allah swt.

Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja. Bahkan Allah swt. menyuruh kita untuk bekerja, tetapi kita dilarang untuk menggantungkan hidup kita pada pekerjaan itu. Allah telah menyuruh mempersiapkan perang, tetapi Allah juga menyuruh kita untuk menggantungkan segala kehidupan kita hanya kepada –Nya. Allah menyuruh kita bekerja dan berusaha, tetapi Is juga menutuh kita beriman bahwa Dia-lah yang memberi rezeki. Dia menyuruh kita berobat, tetapi dengan syarat kita berkeyakinan bahwa yang menyembuhaknnya hanyalah Allah swt. Ringkasnya, barangsiapa yang bekerja, berusaha dan berikhtiar dengan tidak bertawakal dan bergantung kepada Allah, ia telah merusak syarat tadi. Sebaliknya orang yang bertawakal dan bergantung kepada Allah, tapi tanpa daya usaha, juga ia telah merusak salah satu syarat tadi.

2. Mengingkari nikmat Allah, baik yang kelihatan atau yang tidak kelihatan, baik yang mudah dipikirkan atau yang memerlukan pengkajian secara mendalam

Karena segala nikmat itu datangnya dari Allah swt. Kita telah meyakini bahwa pengertian Tuhan Yang Mahakuasa adalah Dia sebagai Murabbi, Pemimpin Yang Mahatinggi dan Pemberi Nikmat. Bahakan kita harus meyakini bahwa sesuatu bencana yang menimpa kita juga hakikatnya dari Allah. Dia adalah selaku Pemberi nikmat dan Penghalangnya. Sebab dalam urusan memberi dan menahan nikmat bukan urusan manusia, tetapi sepenuhnya hak Allah swt. Allah berfirman:

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Ibrahim:34)

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman:20)

76. Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." 77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. 78. Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Al-Qashah:76-78)

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (At-Taghabun:11)

Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah) (Al-Ankabut:65)

49. Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku." Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. 50. Sungguh orang-orang yang sebelum mereka (juga) telah mengatakan itu pula, maka tiadalah berguna bagi mereka apa yang dahulu mereka usahakan. 51. Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri. 52. Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman. (Az-Zumar: 49-52)

49. Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan. 50. Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisiNya." Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras. 51. Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (Fushilat:49-51)

53. Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. 54. Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu dari pada kamu, tiba-tiba sebahagian dari pada kamu mempersekutukan Tuhannya dengan (yang lain), 55. Biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senanglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya). (An-Nahl: 53-55)

3. Bekerja atau berkhidmat dengan tujuan selain karena Allah

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’am:162)

Berdasarkan ayat tersebut kita tegaskan keyakinan bahw atidak ada ibadah atau penghambaan yang disembah kecuali Allah swt. Tidak ada peribadahan yang dipersembahkan, kecuali hanya untuk dan karena Allah swt.

Pengertian ibadah di sini tidak hanya terbatas pada masalah-masalah shalat, zakat, puasa dan haji, tetapi mencakup semua pekerjaan yang dilakuakndi atas syariat yang ditujukan dan diperuntukkan karena Allah swt. Adalah termasuk ibadah. Sebaliknya setiap pekerjaan yang dimaksudkan karena hendak berbakti pada selain Allah yang dimurkai Allah adalah syirik.

4. Membuat undang-undang menurut kemauan manusia, bukan menurut kehendak dan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah

Perbuatan semacam ini melawan Allah, karena Allah-lah yang mempunyai hak menetukan undang-undang bagi kehidupan manusia, halal haram, peraturan hidup, kehakiman, dan segala perintah dan larangan. Allah berfirman:

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (Al-A’raf:54)

Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik." (Al-An’aam: 57)

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (At-Taubah: 31)

Dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (Al-Jatsiyah: 8)

5. Memfokuskan segala ketaatan kepada selain Allah dengan cara yang telah dikehendaki-Nya

Sebab, makna Laa ilaha illa Allah yang sama-sama telah kita ketahui berarti “tidak ada yang dipatuhi melainkan hanya Allah”. Taat yang dibenarkan dan dikehendaki oleh Allah adalah taat kepada Rasul-Nya karena bila seseorang menaati Rasululah, ia benar menaati Allah Allah berfirman:

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (An-Nisaa: 80)

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa’: 59)

Dalam ayat diatas jelas, bahwa taat kepada pemerintah disyaratkan bahwa pemerintahan itu hendaknya dari golongan kita (orang-orang yang beriman) dan orang yang mau kepada Kitabullah dan Sunah Rasulullah ketika terjadi perselisihan pendapat. Dalam sebuah hadits disebutkan.

Tidak boleh taat kepada makhluk dalam hal durhaka kepada Allah (HR. Tirmidzi)

Sesungguhnya taat itu ialah dalam hal ma’ruf (yang tidak bertentangan dengan syara’) (H.R. Bukhari)

6. Menjalankan hukum selain dari hukum Allah atau tidak menggunakan hukum Allah sebagai rujukan dalam semua masalah

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Al-Maidah: 44)

60. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut[312], padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. 61. Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (An-Nisa’: 60-61)

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa’: 65)

dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Al-Maidah: 49)

47. Dan mereka berkata: "Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya)." Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. 48. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. 49. Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh. 50. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim. 51. Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka[1045] ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. 52. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan (An-Nur: 47-52)

7. Benci dan menentang satu kandungan ajaran Islam, atau membenci seluruh ajaran Islam

8. Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. 9. Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. (Muhammad: 8-9)

Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia telah meletakkan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa dengannya (H.R. Thabrani)

Termasuk dalam kategori ini adalah membenci atau tidak setuju terhadap salah satu hukum Islam, ibadah, sistem ekonomi, muamalah, politik, atau perundang-undangan Islam baik undang-undang masa damai atau di masa perang, atau benci terhadap akhlak, peraturan masyarakat, ilmu Islam dan sebagainya.

Apa saja corak kebencian atau penentangan terhadap yang terkandung dalam Al-Qur’an atau Al-Hadits atau menentang konsep atau totalitas Sunah yang dibawa oleh Rasulullah saw., apakah yang berbentuk kata-kata, perbuatan, pengakuan (takrir) atau sifat-sifatnya, maka ia dinyatakan keluar dari Islam dan syahadat yang pernah dia ucapkan menjadi batal.

8. Mencintai kehidupan dunia melebihi kecintaannya terhadap akhirat (gila dunia), dan ia telah menjadikan dunia ini sebagai tujuan utamanya, serta merupakan segala-galanya dalam hidupnya

2. Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, 3. (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. (Ibrahim: 2-3)

15. Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. 16. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan (Hud: 15-16)

18. Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. 19. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. 20. Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (Al-Isra’: 18-20)

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (Asy-Syuura: 20)

Disamping itu Allah swt. Telah menjelaskan tentang maksud kehidupan di dunia ini. Allah berfirman:

14. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). 15. Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?." Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 14-15)

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadid: 20)

Allah menerangkan balasan orang-orang yang mementingkan dunia dan melupakan Allah dan Rasul-Nya, serta Jihad fi Sabilillah. Allah berfirman:

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (At-Taubah: 24)

9. Menghina salah satu isi dari Al-Qur’an dan As-Sunah, atau orang-orang alim yang menegakkannya, atau memperolok-olokkan hukum-hukum Allah, dan syiar Islam

Dalam menelaah kasus ini kita dapat memperhatikan firman Allah berikut:

64. Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. 65. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" 66. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (At-Taubah: 64-66)

Termasuk dalam kategori yang membetalkan Syahadatain ialah menghina atau mengejek hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur’an, seperti mengatakan ‘lapuk’ atau penghinaan-penghinaan lainnya, seperti mengatakan dengan sinis, ‘Apa kita hendak kembali pada undang-undang qishash yang sadis?’ ‘Apakah kita mau kembali ke zaman primitif?’, atau mengatakan, ‘Apa yang terkandung dalam Islam itu semata-mata kosong belaka’, atau menghina orang yang memelihara janggut, orang yang mngerjakan shalat, atau mengecilkan dan merendahkan pelajaran agama dan para pelajarnya.

10. Menghalakan apa yang diharamkan Allah, atau sebaliknya

Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. (An-Nahl: 105)
Di antara bohong yang paling besar adalah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah. Allah berfirman:

116. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. 117. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih (An-Nahl: 116-117)

Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (At-Taubah: 37)

Mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah adalah termasuk perbuatan kufur, begitu juga sebaliknya. Mudah mengharamkan sesuatu dan sebaliknya, sama kedudukannya. Sikap memudah-mudahkan masalah ini akan berakibat buruk terhadap syahadatain yang sudah diucapkannya.

Orang Islam tidak boleh mengatasi hukum Allah dan mendahului Rasul-Nya dengan semata-mata pikiran. Karena sebagai seorang muslim harus bersikap seperti dalam ayat berikut,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Hujurat: 1)

11. Tidak beriman dengan seluruh sumber-sumber dari Al-Qur’an dan As-Sunah

Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat (Al-Baqarah: 85)

Nabi Muhammad saw. Bersabda:

“Ketahuilah, adakah boleh seorang laki-laki yang samapi kepdanya haditsku dan ia beristirahat di atas dipannya seraya ia berkata antara kami dan kamu ialah Kitabullah, apa yang kami dapatinya halal, kita menghalalkan, dan apa yang kami dapatinya haram, kita mengharamkannya, dan sesungguhnya apa yang diharamkan Rasulullah adalah sama seperti apa yang diharamkan Allah” (H.R. Tirmidzi)

Dari Malik ada diceritakan, ia berkata, “Nabi Muhammad saw. Bersabda, ‘Aku tinggalkan kepadamu dua perkara yang tidak akan sesat selamanya, selam kamu berpegang teguh dengan keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunah Rasulullah’.” (H.R. Malik)

Alasan yang mengatakan bahwa orang yang tidak berpegang dan beriman dengan nash-nash yang terdapat dalam Al-Qur’an itu adalah gugur Syahadatain-nya. Allah berfirman,
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Al-Hijr: 9)

Begitu juga orang-orang yang tidak beriman pada nash-nash As-Sunah dikatakan gugur Syahadatain-nya karena ia telah bertindak mendustakan Rasulullah, ini jelas membawa kekafiran. Termasuk daalm kategori ini ialah orang yang menambah-nambah Al-Qur’an dan Al-Hadits, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad saw.,

“Barangsiapa berucap tentang haditsku dan ternyata ia dusta, maka ia dianggap sebagai salah seorang pembohong.” (H.R. Muslim)

12. Mengangkat orang-orang kafir dan munafikin sebagai pemimpin serta tidak mencintai orang-orang yang beraqidah Islam dan orang-orang mukmin

51. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. 52. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana." Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. 53. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. (Al-Maidah: 51-53)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. (Al-Maidah: 57)

67. Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. 68. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (At-Taubah: 67-68)

175. Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. 176. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. 177. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (Al-A’raf: 175-177)

Ayat di atas menceritakan seorang laki-laki yang shalih dan beriman dengan Musa, kemudian mengikuti hawa nafsunya dan ia memasuki kelompok kafir serta menentang Nabi Musa dan pengikut-pengikutnya.

13. Tidak beradab dalam bergaul dengan Rasulullah saw.

Allah berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (Al-Hujurat: 2)

Ragu tentang sesuatu amalan agama tentang diterima atau tidaknya amalan tersebut, termasuk juga di anatara yang memurtadkan seseorang. Allah berfirman,

Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah:217)

Mengangkat suara keras-keras bila berbicara dengan Rasulullah saw. Dengan nada yang sama ketika ia berbicara dengan orang biasa akan membawa kemurtadan, dan lebih-lebih kalau bersifat tidak sopan dan biadab tehadap Rasululah, serti mengejek tentang kehidupan Nabi, atau tentang perbuatan-perbuatan dan perilaku hidupnya. Misalnya menghinakan Nabi dengan mempunyai istri sebanyak sembilan orang. Orang yang menghinakan tersebut harus diperlakukan sebagai orang kafir.

Termasuk dalam kategori berpergaulan buruk terhadap Rasulullahialah mengatakan bahwa Rasulullah saw. Ialah seorang laki0laki biasa yang tidak memiliki sifat kenabian, mereka hanya mengakui rislaah yang dibawanya saja semata-mata ditinjau dari segi logika, pemikiran ilmiah, atau bermacam-macam perkataan bersama kita, maka pergaulan yang dimaksud di sini adalh melalui perkataan tulisan dan penjelasan-penjelasan. Sehubungan dengan ini Allah berfirman,

112. Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. 113. Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan. (Al-An’am: 112-113)

14. Rasa takut dan lemah hati dalam menegakkan Tauhid, dan merasa senang dari terbuka di dalam menegakkan syirik

Allah berfirman,

Dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati. (Az-Zumar: 45)

Pendekatan ayat tersebut dengan apa yang terjadi sekarang ini merupakan hamper menjadi pemandangan sehari-hari, di mana apabila kita menyeru mereka supaya mengembalikan segala urusannya kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka tidak suka, hati mereka merasa kecut. Tetapi apabila segala urusan dan kejadian dikembalikan kepada alam (nature) atau disebabkan oleh seba-sebab biasa, atau disebabkan oleh wali-wali, maka hati mereka menjadi suka dan dada mereka menjadi lapang. Apabila kita katakana kepada mereka, “Sesungguhnya kemenangan yang kita capai ini karena persiapn kita cukup, tugas dijalankan dengan penuh tanggung jawab dank arena kita adalah pemuda-pemuda perkasa”, maka mereka akan suka, tetapi bila kita katakana, “Sesungguhnay Allah telah menolong kita yang menyebabkan kita menagng”, maka mereka akan menjadi kecewa dan kecut hatinya. Bila kita katakan, kita kalah dalam peperangan karena tidak adanya persiapan-persiapan dan persenjataan modern, mereka merasa lega hati, tapi sebaliknya bila dikatakan kepada mereka, bahwa kekalahan ini dikarenakan Allah belum berkehendak menolong kita, disebabkan kita banyak melakukan dosa, maka hati mereka menjadi kecut. Begitu juga orang yang bila kita katakana supaya mereka meminta pertolongan hendaknya karena Allah, dan kita terangkan kepada mereka bahwa segala tujuan hendaklah karena Allah saja, maka mereka menjadi kecewa, tetapi sebaliknya bila kita menerangkan pada mereka atau mengajak mereka dengan melengkapi alat-alat hiburan untuk mereka, harta benda, kepuasan nafsu, maka mereka akan menerimanya dengan suka hati dan dengan lapang dada dan contoh lainnya.

15. Menyatakan bahwa Al-Qur’an terdapat pertentangan antara ayat yang zahir dengan isi yang terkandung di dalamnya

Isi yang terkandung di dalam Al-Qur’an hanya dapat dipahami oleh beberapa orang dengan melalui ilham. Begitu juga bagi orang yang menuduh seperti itu kepada Sunah Nabi. Allah telah berfirman.

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (Yusuf: 2)

Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)." Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang. (An-Nahl: 103)

Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (Ar-Ra’d: 37)

Bahasa Arab dapat dipahami melalui mufradat (arti kata), qawaid dan uslub-uslubnya. Al-Qur’an tidak dapat dipahami kecuali denganmelalui mufradat, qawaid dan uslubnya (uslub bahasa Arab). Orang yang tidak memahami kaidah-kaidah ini bila ia memahami Al-Qur’an akan mudah tergelincir ke jalan kesesatan, dan bila ia sudah tergelincir dari nash-nash akan mengakibatkan ia tergelincir pula dari syariat, yang kemudian akan menimbulkan perpecahan di kalangn umat.

16. Tidak mengetahui ma’rifat Allah dengan pengenalan yang benar dan jelas, serta mengingkari sifat-sifat ketuhanan-Nya, atau mengingkari nama-nama-Nya

Allah berfirman,

Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al-A’raf: 180)

Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik). (Thaha: 8)

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu." (Al-Isra: 110)

Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. (Asy-Syura: 11)

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Al-Ikhlas: 1-4)

7. Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. 8. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (Ali Imran: 7-8)

Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Al-Hajj: 63)

79. dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, 80. dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, 81. dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), (Asy-Syu’ara: 79-81)

Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (Al-An’am: 60)

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Anfal: 17)

Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (Az-Zumar: 62)

Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki[573]. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya." (Al-A’raf; 155)

Bagaimana hendak mengenal Allah bagi orang yang tidak mengetahui bahwa segala apa yang wujud di ala mini hasil dari perbuatan-Nya.

Bagaimana hendak mengenal Allah bagi seorang yang tidak mengetahui nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya

Seseorang tidak akan mengenal Allah kalu ia menganggap adanay kekurangan pada Allah.
Bagaimana hendak mengenal Allah, kalu orang yang bersangkutan tidak mengetahui bahwa segala kesempurnaan itu milik Allah. Allah berfirman,

Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al-Hajj: 74)

Orang-orang Nasrani sesungguhnya telah menjadi kafir karena mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Orang-orang Yahudi telah menjadi kafir karena mereka mengatakan bahwa TUhan itu bakhil dan fakir. Bahkan mereka mengatakan Tuhan sudah lelah setelah menjadikan makhluk dan sekarang sedang istirahat. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman,

Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (Az-Zukhruf: 15)

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam." Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?." Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Maidah: 17)

Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al-Maidah: 73)

88. Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak." 89. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, 90. hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, 91. karena mereka menda'wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. 92. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. 93. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. (Maryam: 88-93)

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya." Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar." (Ali-Imran: 181)
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (Al-Maidah: 64)

Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)? (Qaf: 36)

Tegasnya, orang yang tidak mengenal secara benar akan sifat-sifat Allah, sifat yang tidak layak untuk-Nya, serta Zat-Nya berarti merusakkan Syahadatain. Begitu juga rusak Syahadatain seseorang apabila ia menyamakan Allah dengan makhluk atau menyamakan makhluk dengan Allah, atau meletakkan uluhiyatillah pada yang bukan haknya. Orang tidak mengenal Allah dengan benar, ia adalah orang jahil, orang jahil berarti tidak bertauhid, dan seterusnya ia pasti akan mendustakan wahyu.

17. Tidak mengetahui atau mengenal Rasulullah secara benar, atau menafikkan adanya sifat-sifat yang terpuji yang diberikan Allah kepadanya, atau menghina sifat-sifat yang terpuji tersebut, atau tidak meyakini bahwa Rasulullah saw. adalah sebagai contoh suri teladan yang baik bagi seluruh umat manusia

Allah berfirman,

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21)

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 32. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Ali Imran: 31-32)

1. Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, 2. berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. 3. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. 4. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. 5. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir)pun akan melihat, 6. siapa di antara kamu yang gila. 7. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Qalam: 1-7)

Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: "Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila” (Al-Qalam: 51)

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab: 40)

Barangsiapa yang mengikuti selain NAbi dalam urusan Nubuwah adalah kafir. Begitu juga siapa yang mengatakan bahwasannya ia adalah Nabi bagi bangsa Arab saja adalah kafir. KArena Allah swt. Telah berfirman,

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107)

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Saba’: 28)

Barangsiapa yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. Sebagai seorang Baduwi atau Arabdusun dengan maksud menghinanya adalah kafir.

18. Mengkafirkan orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat serta tidak mengkafirkan orang yang telah ingkar terhadap Syahadatain dan tidak menghalalkan perang dengannnya

Dalam satu kaidah disebutkan, “Barangsiapa yang mengkafirkan seseorang mukmin, maka ia kafir, sebaliknya orang yang tidak mengkafirkan orang kafir, ia juga kafir, begitu juga orang-orang yang ragu terhadap kekafiran seseorang kafir ia menjadi kafir. Rasulullah saw. Bersabda,

“Jagalah! Jangan terjadi sesudahku nanti kekafiran (sifat-sifat kekafiran) yang memukul sebagaianmu padaleher sebagian.” (H.R. Bukhari)

“Memaki-maki orang mukmin menjadi fasik, dan membunuhnya menjadi kafir.” (H.R. Bukhari & Muslim)

“Tidak boleh seseorang menuduh seseorang yang lain sebagai fasik atau kafir, karena tuduhan itu akan kembali kepadanya sendiri, jika yang dituduh itu tidak seperti tuduhan terhadapnya.” (H.R. Bukhari)

Mengkafirkan orang mukmin dikatakan menjdi kafir karena ia merupakan kebobrokan konsep atau pengertiannya dalam keimanan, begitu juga ragu tentang kekafiran orang kafir atau membenarkan pendapatnya (teorinya) yang kafir, atau tidak mengkafirkannya, ia dianggap kafir karena merupakan pendustaan terhadap Allah dan Rasulullah saw.

19. Mengerjakan suatu ibadah bukan karena Allah, seperti menyembelih bukan karena Alllah, sujud, tawaf selain Ka’bah atau Baitullah dengan niat mendekati Allah

Allah berfirman,

(AKatakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’am: 162)

Sama halnya dengan memohon doa kepada selain Allah dengan itikad mendapatkan manfaat dan mudharat. Allah berfirman,

Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka. (Ar-Ra’d: 14)

Termasuk dalam kategori ini adalah mengucapkan sumpah bukan dengan nama Allah, karena ia termasuk syirik. Rasulullah saw. Bersabda:

“Barangsiapa bersumpah bukan dengan nama Alla, maka ia telah syirik” (H.R. Abu DAwud)

Begitu juga halnya dengan nazar kepada selain Allah dengan Meng-itikad-kannya sebagai kewajiban. Allah berfirman,

Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka[988] dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (Al-Hajj: 29)

Niat haji selain ke Baitullah dengan niat beribadah kepada Alah juag termasuk syirik.
Kesimpulanny, orang-orang Islam tidak boleh beramal melainkan karena Allah dan dilarang beramal, bekerja, membuat sesuatu pekerjaan kecuali apabila diperintahkan oleh Allah atau dibenarkan oleh Allah. Oleh karena itu setiap amalan yang tidak disukai Allah ia akan menjadi maksiat, dan amalan yang diniatkan kepada selain Allah adalah syirik.

20. Terlibat Riya’ (Kegiatan Hidupnya Ingin Pujian Manusia)

Banyak jenis syirik yang dapat menggugurkan Syahadatain. Pada umumnya disebut sebagai syirik kecil, seperti mngerjakan shalat karena ingin dipuji, bersedekah karena sungutan orang, atau agar orang dating kepadanya, adan berjihad ingin dipuji orang dan dikenang jasadnya. Syirik semacam ini jika datangnya dalam bentuk was-was yang dating selintas (tidak merupakan tujuan yang sebenarnya) tidak membatalkan Syahadatain, dan dapat diobati dengan doa.

Termasuk dalam kategori syirik kecil adalah belajar karena ingin memimpin manusia, berpidato karena ingin dikatakan orang sebagai ahli pidato yang baik. Pekerjaan semacam itu dapat meruntuhkan cabang tauhid, dan ia dinamakan syirik kecil. Ia termasuk maksiat yang dapat memasukkan pelakunya ke neraka. Rasulullah saw. Bersabda,
“Dari Muslim, Rasulullah saw. Bersabda, Allah swt. Berfirman,

“Akulah yang paling tidak memerlukan sekutu-sekutu, barangsiapa yang melakukan amalan yang menyekutukan Aku dengan yang lain Aku akan biarkan dia dengan syiriknya” (H.R. Muslim)

Sumber : Al-Islam Edisi Lengkap (Seri 01-04) Jilid 1, Pengarang Sa’id Hawwa, Penerjemah : Abu Ridha dan AR Shaleh Tamhid, Pnerbit Al-I’thishom Cahaya Umat, Cetakan Pertama Juli 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar